a. Skala Likert
Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena
sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutmya
disebut sebagai variable penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang
akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif) bersifat
bersifat unfavorable (negatif).
Item
Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3), tidak
setuju/baik (2), sangat tidak setuju/baik (1)
Item
Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu
(3), tidak setuju/ baik (4), sangat tidak setuju/ baik (5).
Contoh :
Salat itu penting, karena salat
itu merupakan tiang agama.
1. Sangat setuju (SS)
2. Setuju (S)
3. Setuju tidak, tidak
setuju pun tidak, alias netral (N)
4. Tidak setuju (TS)
5. Sangat tidak setuju
(STS)
b. Skala Guttmann
Skala Guttman
merupakan skala kumulatif. Skala Guttman mengukur suatu dimensi saja
dari suatu yang variable yang multidimensi. Skala Guttman disebut juga
skala Scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan. Peneliti tentang kesatuan
dimensi dari sifat atau sikap yang teliti yang sering disebut dengan atribut
universal. Pada skala Guttman terdapat beberapa pertanyaan yang
diurutkan secara hierarkis untuk melihat sikap tertentu seseorang. Skala Guttman
ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan
konsisten. Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang tegas,
yaitu ya atau tidak, benar atau salah, pernah atau tidak, positif
atau negative dan lain - lain. Data yang di peroleh dapat berupa data
interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala likert
terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak
setuju”, maka pada dalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju
atau tidak setuju”. Penelitian menggunakan sakal Guttman di lakukan bila ingin
mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang di tanyakan.
Yakin – Tidak Yakin, Ya- Tidak, Benar- Salah, Positif
– Negatif
Contoh :
Apakah anda setuju dengan kebijakan perusahaan
menaikkan harga jual?
a. Setuju
b. Tidak Setuju
c. Skala Thurstone
Skala
Thurstone merupakan skala sikap yang pertama dikembangkan dalam pengukuran
sikap. Skala ini mempunyai tiga teknik penskalaan sikap, yaitu : metode
perbandingan pasangan, metode interval pemunculan sama, dan metode interval
berurutan.
Ketiga metode ini menggunakan bahan pertimbangan jalur
dugaan yang menganggap kepositifan relatif pernyataan sikap terhadap suatu
obyek.
Adapun contoh skala penilaian model Thurstone adalah
seperti gambar di bawah ini.
Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak
relevan, sedangkan nilai 11 menyatakan sangat relevan.
Contoh :
Skala Thurstone ini disusun atas tiga puluh pernyataan
berhubungan dengan kompetensi berpikir kreatif matematis pada pembelajaran
materi kubus dan balok yang terdiri dari lima belas pernyataan bernilai positif
dan lima belas pernyataan bernilai negative. Responden diminta memilih lima
belas pernyataan dari tiga puluh pernyataan yang paling sesuai dengan keadaan
objektif responden saat melaksanakan pembelajaran matematika. pemberian bobot
skor untuk masing-masing pernyataan dapat dilihat pada table berikut.
No
|
Pernyataan
|
Jenis
|
Skor
|
Berpikir Lancar
|
|||
1
|
Saya mengajukan banyak
pertanyaan saat pembelajaran kubus dan balok berlangsung.
|
Positif
|
8
|
2
|
Pertanyaan muncul saat
ada hal yang kurang jelas dan detail saat guru menerangkan materi kubus dan
balok.
|
Positif
|
6
|
3
|
Saya menjawab
pertanyaan guru dengan satu jawaban saja.
|
Negatif
|
3
|
4
|
Saya berusaha
memberikan jawaban yang unik yang tidak terpikirkan oleh teman-teman yang
lain.
|
Positif
|
9
|
5
|
Saya memiliki banyak
gagasan atau pendapat mengenai masalah atau persoalan yang diberikan guru
tentang kubus dan balok.
|
Positif
|
8
|
6
|
Saya sulit
mengungkapkan gagasan-gagasan yang saya miliki.
|
Negatif
|
2
|
7
|
Saya menyelesaikan
masalah atau soal lebih lambat dari teman-teman saya.
|
Negatif
|
1
|
8
|
Saya mengerjakan soal
atau tugas lebih sedikit dari teman-teman saya.
|
Negatif
|
2
|
Berpikir Luwes
|
|||
9
|
Saya memiliki berbagai
macam penafsiran terhadap suatu gambar kubus.
|
Positif
|
6
|
10
|
Saya memiliki berbagai
macam penafsiran terhadap suatu gambar balok.
|
Positif
|
6
|
11
|
Saya memiliki berbagai
macam penafsiran terhadap suatu cerita atau masalah yang diberikan guru.
|
Positif
|
6
|
12
|
Saya mengerjakan soal
dengan langkah sama seperti yang diajarkan guru.
|
Negatif
|
3
|
13
|
Saya memikirkan
bermacam-macam cara yang berbeda untuk menyelesaikan sebuah persoalan.
|
Positif
|
7
|
Berpikir Original
|
|||
14
|
Saya dapat memikirkan
hal yang tidak terpikirkan oleh orang lain.
|
Positif
|
9
|
15
|
Saya bingung ketika
diperlihatkan suatu kubus atau balok dari sisi yang berbeda atau dengan cara
yang tidak seperti biasa.
|
Negatif
|
2
|
16
|
Saya bingung ketika
guru memberikan soal yang berbeda dari contoh.
|
Negatif
|
1
|
17
|
Saya hanya terpikirkan
cara-cara yang diajarkan guru untuk menyelesaikan sebuah persoalan.
|
Negatif
|
1
|
18
|
Saya memilih cara
berpikir seperti teman-teman yang lain karena takut pemikiran saya bernilai
salah.
|
Negatif
|
2
|
Berpikir Elaborasi
|
|||
19
|
Saya percaya atas
jawaban yang diberikan guru dalam setiap soal yang diberikan sebagai contoh.
|
Negatif
|
3
|
20
|
Saya percaya atas
jawaban yang diberikan teman dalam setiap soal yang diberikan sebagai
latihan.
|
Negatif
|
3
|
21
|
Saya senang
menambahkan pendapat teman setelah dia memberikan pendapatnya sehingga
pendapat saya lebih lengkap.
|
Positif
|
7
|
22
|
Saya senang
menambahkan garis-garis, warna-warna, dan detail-detail terhadap gambar milik
saya sendiri.
|
Positif
|
8
|
23
|
Saya senang
menambahkan garis-garis, warna-warna, dan detail-detail terhadap gambar milik
orang lain.
|
Positif
|
8
|
Berpikir Evaluatif
|
|||
24
|
Saya takut salah untuk
mencetuskan pendangan saya mengenai suatu hal.
|
Negatif
|
4
|
25
|
Pendapat yang saya
kemukakan adalah atas dasar sudut pandang sendiri.
|
Positif
|
9
|
26
|
Saya mudah terpengaruh
dengan pendapat orang lain.
|
Negatif
|
4
|
27
|
Saya memiliki alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan untuk setiap pendapat saya.
|
Positif
|
7
|
28
|
Saya kebingungan untuk
menentukan pendapat yang menurut saya benar.
|
Negatif
|
3
|
29
|
Saya dapat
mempertahankan pendapat yang saya setujui.
|
Positif
|
8
|
30
|
Saya malas bertanya
kepada guru atau mencari sumber lain untuk mengetahui pendapat mana yang
benar.
|
Negatif
|
4
|
Jumlah Skor
|
150
|
d. Sematik Diferensial
Skala
pengukuran yang berbentuk Semantic defferensial di kembangkan oleh Osgood.
Skala ini juga di gunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan
ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban
“sangat positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat
negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang di peroleh
adalah daya interval, dan biasanya skala ini di gunakan untuk mengukur
sikap/karakteristik tertentu yang di punyai oleh seseorang.
Contoh :
Penggunaan skala semantic differential mengenai gaya
kepemimpinan kepala sekolah.
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Responden yang member penilaian angka 7, berarti
persepsi terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah sangat positif;
sedangkan responden yang memberikan penilaian angka 1 persepsi kepemimpinan
kepala sekolah adalah sangat negative.
e. Penilaian (Rating
scale)
Skala rating
umumnya melibatkan penilaian tingkah laku atau performa seseorang yang hendak
diteliti. Dalam skala rating ini, seolah- olah penilai diminta oleh peneliti
untuk menempatkan seseorang yang dinilai pada beberapa titik yang telah disusun
secara berurutan atau dalam kategori yang menggambarkan tingkah laku seseorang
tersebut. Ada beberapa tipe skala rating yang banyak digunakan sebagai skala
pengukuran dalam penelitian. Mereka dapat dikelompokkan sebagai skala rating
individual dan skala rating kelompok. Dilihat dari cara menggambarkannya, skala
rating juga dapat dibedakan menjadi skala grafik dan skala kategori. Dalam
skala rating data yang diperoleh adalah data kuantitatif kemudian
peneliti baru mentranformasikan data kuantitatif tersebut menjadi data
kualitatif.
Contoh:
Kenyaman ruang tunggu RSU Kartini:
5
4 3 2 1
Kebersihan ruang parkir RSU Kartini :
5
4 3 2 1
No comments:
Post a Comment