Saturday, 21 September 2013

Distribusi Frekuensi dan Grafik


1.    Pengertian dan Tujuan Distribusi Frekuensi
Distribusi Frekuensi adalah penyusunan data kedalam kelas-kelas tertentu dimana setiap individu/item hanya termasuk kedalam salah satu kelas tertentu saja. Dalam suatu penelitian juga biasanya akan dilakukan pengumpulan data. Salah satu cara untuk mengatur atau menyusun data adalah dengan mengelompokan data-data berdasarkan ciri-ciri penting dari sejumlah data ke dalam beberapa kelas dan kemudian dihitung banyaknya data yang masuk ke dalam setiap kelas.

Tujuan distribusi frekuensi ini yaitu :
·         Memudahkan dalam penyajian data, mudah dipahami, dan dibaca sebagai bahan informasi.
·         Memudahkan dalam menganalisa/menghitung data, membuat tabel, grafik.

Berdasarkan jenis data yang digolongkan didalamnya distribusi frekuensi dibagi menjadi dua, yaitu :
a.    Distribusi Frekuensi Numerikal
Distribusi Frekuensi numerikal adalah pengelompokan data berdasarkan angka-angka dan biasanya disajikan dengan grafik histogram.
b.    Distribusi Frekuensi Kategorikal / Kategoris
Distribusi frekuensi kategori adalah pengelompokan data berdasarkan kategori-kategori tertentu, biasanya distribusi frekuensi disajikan dengan grafik batang, lingkaran, dan gambar.

2.    Bagian-bagian Distribusi Frekuensi
a.    Class (Kelas) adalah penggolongan data yang dibatasi dengan nilai terendah dan nilai tertinggi yang masing-masing dinamakan batas kelas. Batas kelas (Class Limit) adalah nilai batas dari pada tiap kelas dalam sebuah distribusi, terbagi menjadi states class limit dan class boundaries (tepi kelas).
- stated class limit adalah batas-batas kelas yang tertulis dalam distribusi frekuensi, terdiri dari Lower Class Limit (batas bawah kelas) dan upper class limit (batas atas kelas).
- class boundaries (tepi kelas) adalah batas kelas yang sebenarnya, terdiri dari lower class boundary (batas bawah kelas yang sebenarnya) dan upper class boundary (batas atas kelas yang sebenarnya).

b.    Class interval / panjang kelas/lebar kelas merupakan lebar dari sebuah kelas dan dihitung dari perbedaan antara kedua tepi kelasnya.
c.    Mid point / class mark / titik tengah merupakan rata-rata hitung dari kedua batas kelasnya atau tepi kelasnya.

3.    Langkah-langkah menyusun Distribusi Frekuensi
a.    Urutkan data terlebih dahulu
b.    Menentukan Range (Jangkauan) : didapat dari nilai yang terbesar dikurangi nilai yang terkecil. 
                 R = Xman – X min
c.    Menentukan banyaknya kelas dengan menggunakan rumus Sturgess.
       K = 1 + 3,3 log N
dimana K = Banyaknya kelas dan N = Jumlah Data.
d.   Menentukan Interval Kelas :
       I = R/K
e.    Menentukan batas kelas :
Tbk = Bbk – 0,5
Tak = Bak + 0,5
Panjang interval kelas = Tak – Tbk
Ket :    Tbk = tepi bawah kelas
                      Tak = tepi atas kelas                     
                      Bbk = batas bawah kelas
                      Bak = batas atas kelas       
f.     Menentukan titik tengahnya.
g.    Memasukkan data kedalam kelas-kelas yang sesuai dengan memakai sistem turus/tally.
h.    Menyajikan distribusi frekuensi : isi kolom frekuensi sesuai dengan kolom Tally atau Turus.

4.    Jenis-jenis Distribusi Frekuensi
a.    Distribusi frekuensi kumulatif
adalah suatu daftar yang memuat frekuensi-frekuensi kumulatif, jika ingin mengetahui banyaknya observasi yang ada diatas atau dibawah suatu nilai tertentu. Distribusi frekuensi kumulatif terdiri dari :
b.    Distribusi kumulatif kurang dari (dari atas)
Adalah suatu total frekuensi dari semua nilai-nilai yang lebih kecil dari tepi bawah kelas pada masing-masing interval kelasnya.
c.    Distribusi kumulatif lebih dari (dari bawah)
Adalah suatu total frekuensi dari semua nilai-nilai yang lebihi besar dari tepi bawah kelas pada masing-masing ionterval kelasnya.
d.   Distribusi frekuensi kumulatif relatif
Adalah suatu total frekuensi dengan menggunakan presentasi.
e.    Distribusi frekuensi relatif
Adalah perbandingan daripada frekuensi masing -masing kelas dan jumlah frekuensi seluruhnya dan dinyatakan dalam persen. 

5.    Menyajikan Data dalam Grafik
Dalam menjelaskan atau mengartikan distribusi frekuensi seringkali seseorang harus menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti : Nilai-nilai apa saja yang paling sering muncul dalam distribusi frekuensi? Bagaimana penyebaran dari hasil pengukuran? Apakah data menyebar secara merata dalam kisaran yang ada atau apakah data memusat pada satu titik saja? Bagaimana bentuk distribusinya? Apakah simetris atau miring? Dan berbagai pertanyaan lainnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang demikian tentu saja bisa dijawab dengan tabel frekuensi seperti yang telah dibahas di atas melalui pengkajian dan perbandingan terhadap masing-masing kelas interval. Akan tetapi sebenarnya semua karakteristik distribusi frekuensi dapat dijelaskan secara sepintas jika digambarkan dalam bentuk grafik. Di samping itu penyajian secara grafik bisa lebih mudah dibaca dan dipahami dibandingkan dengan angka-angka yang tersaji dalam tabel-tabel statistik khususnya jika data akan disajikan dalam laporan-laporan yang pembacanya bukan tenaga yang terlatih di bidang statistika. Lebih lanjut lagi, data dalam distribusi frekuensi yang digambarkan dalam bentuk grafik akan mempermudah seseorang untuk mempelajari hal-hal yang terkait dengan bentuk distribusi populasi.
·         Histogram
Penyajian yang paling sederhana dari distribusi frekuensi adalah apa yang disebut sebagai histogram. Secara umum histogram bentuknya seperti diagram batang, akan tetapi histogram lebih menunjukkan nilai yang sesungguhnya dibandingkan dengan diagram batang. Batang yang digambarkan dalam histogram adalah luas area dari frekuensi yang sebenarnya. Untuk menggambarkan histogram tetap menggunakan dua garis yakni garis vertikal (sumbu-y) dan horisontal (sumbu-x). Skala di sepanjang sumbu-y digunakan untuk menggambarkan nilai frekuensi setiap kelas interval dan dikenal pula sebagai skala frekuensi. Skala pada sumbu-x digunakan untuk menyatakan nilai-nilai data yang disajikan. Skala sumbu-x dibagi atas bilangan dengan unit yang sama yang biasanya berkaitan dengan salah satu interval dalam distribusi frekuensi. Demikian pula bilangan yang dituliskan pada skala horizontal bisa berupa batas-batas interval atau nilai tengah kelas interval.

Tabel Distribusi upah per jam buruh Pabrik “X”

Upah/Jam (´ Rp.100)
Nilai tengah
f
58 – 62
63 – 67
68 – 72
73 – 77
78 – 82
83 – 87
88 – 92
93 – 97
98 - 102
60
65
70
75
80
85
90
95
100
2
6
8
15
10
12
5
6
1
 
 
Pada dasarnya histogram dibuat untuk memastikan bahwa setiap keterangan yang rinci dari distribusi frekuensi akan tercakup di dalamnya. Skala di sepanjang sumbu-x digambarkan setepat mungkin sehingga dapat menampung frekuensi terbesar dari distribusi frekuensi. Jadi dalam hal ini tidak ada istilah pemotongan sumbu seperti halnya pengambaran diagram batang. Sumbu-x selalu di awali oleh bilangan nol pada perpotongan sumbu. Untuk menggambarkan batang-batang dari histogram ini maka disarankan menggunakan kertas milimeter blok agar diperoleh gambaran yang baik dan lebih tepat.
Bagaimana dengan histogram untuk distribusi frekuensi terbuka. Caranya hampir sama dengan seperti pembuatan histogram di atas, namun untuk kelas interval yang terbuka salah satu penyelesaiannya adalah seperti yang terlihat dalam Gambar 2. 

Untuk histogram dengan panjang kelas interval berbeda juga bisa dilakukan seperti histogram biasa. Perbedaannya hanyalah pada skala sumbu-x yang harus tetap menggunakan panjang kelas yang sama dan frekuensinya harus dihitung kembali sesuai perbandingan antara panjang kelas yang berbeda dengan panjang kelas yang sama. Ambil contoh Tabel 3a dan selanjutnya disajikan seperti tabel berikut :

Pengeluaran (ribuan)
Jumlah Wilayah
250 – 299
300 – 349
350 – 399
400 – 449
450 – 499
500 – 549
550 – 599
600 – 749
750 – 799
3
7
4
9
9
10
5
3
7

Panjang kelas interval 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 adalah 50, sedangkan kelas interval 8 adalah 150. Berarti panjang kelas ini tiga kali panjang kelas yang  lain. Disini frekuensi pada kelas interval 8 adalah 50/150 ´ 3 = 1.  Dengan demikian histogram untuk tabel frekuensi di atas akan tampak seperti gambar berikut.

 
·         Poligon Frekuensi
Jenis grafik lain dan cukup banyak digunakan dalam menyajikan distribusi frekuensi adalah apa yang disebut sebagai poligon.  Dasar pembuatan poligon frekuensi sama halnya dengan pembuatan histogram. Sesuai dengan namanya yang berarti banyak sudut, poligon memang terbentuk dari garis patah-patah yang menghubungkan antara titik-titik tengah pada  setiap puncak batang histogram sehingga tampak seperti benda dengan banyak sudut.
Poligon frekuensi harus ditutup kedua ujungnya dengan menarik garis dari kedua ujuang batang histogram (kiri dan kanan) ke arah sumbu sumbu-x dengan skala yang sama seperti skala kelas interval lainnya. Poligon frekuensi bisa dibuat secara langsung tanpa harus menggambarkan histogram terlebih dahulu. Caranya adalah dengan membuat tanda di atas titik tengah setiap kelas interval dengan jarak yang sesuai dengan frekuensinya kemudian titik-titik ini dihubungkan dengan garis dan ditutup pada kedua ujungnya seperti yang dijelaskan sebelumnya.


   

-   Kurva Frekuensi Kumulatif
Metoda lain untuk menyajikan distribusi frekuensi secara grafis adalah kurva frekuensi kumulatif atau ogive , atau ada pula yang menyebutnya frekuensi kumulatif kurang dari. Meski penggunaannya tidak sesering histogram dan poligon, namun untuk beberapa kasus tertentu kurva ini ternyata mempunyai kegunaan yang lebih baik dibandingkan keduanya. Pembuatannya hampir sama dengan pembuatan poligon. Perbedaannya hanyalah pada nilai frekuensinya. Frekuensi kumulatif diperoleh dengan menjumlahkan setiap frekuensi dengan frekuensi pada kelas interval selanjutnya.


TABEL 8. Distribusi frekuensi kumulatif upah per jam buruh Pabrik “X”

Upah/Jam (xRp.100)
f  kumulatif
Kurang dari 58
Kurang dari 63
Kurang dari 68
Kurang dari 73
Kurang dari 78
Kurang dari 83
Kurang dari 88
Kurang dari 93
Kurang dari 98
  Kurang dari 103
0
2
8
16
31
41
53
58
64
65


 
Kurva frekuensi kumulatif di gambarkan dengan mengambil frekuensi kumulatif sebagai sumbu-y dan bawah kelas interval sebagai sumbu-x. Awal dari kurva di mulai pada titik nol dan diakhiri pada perpotongan antara batas bawah kelas interval terakhir dengan titik y yang nilainya sama dengan jumlah seluruh data.  Dalam kurva frekuensi kumulatif dapat juga ditambahkan skala persentase yang ditempatkan di sebelah kanan kurva. Skala persentase ini sangat bermanfaat apabila diperlukan perhitungan persentase dari distribusi frekuensi. Sebagai contoh jika kita tarik garis dari angka 20% secara horizontal sehingga memotong ogive, lalu ditarik ke bawah secara vertikal, maka akan diperoleh titik sekitar 71. Ini berarti bahwa 20% buruh Pabrik “X” menerima upah per jam kurang dari Rp. 7100.- Pengunaan lainnya dari ogive ini misalnya saja ingin diketahui berapa jumlah buruh yang memperoleh upah per jam kurang dari Rp. 8.800. Untuk ini tinggal ditarik garis dari angka 88 secara vertikal hingga memotong ogive dan kemudian menarik secara horizontal ke arah sumbu-y yang dalam gambar diperlihatkan memotong angka 47. Ini berarti jumlah buruh yang memperoleh upah kurang dari Rp. 8.800 adalah 47 orang.

·         Penghalusan Poligon Frekuensi
Kalau diperhatikan, perubahan frekuensi dari satu interval ke interval lainnya kerapkali menyebabkan tidak menentunya pola garis dalam suatu poligon frekuensi dibandingkan dengan ogive. Ketidakteraturan dalam poligon frekuensi biasanya dianggap sebagai suatu kebetulan atau bahkan tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap distribusi secara umum. Hal ini biasanya terjadi pada kelompok data tertentu saja atau disebabkan oleh pemilihan interval kelas ketika membuat distribusi frekuensi. Oleh karena itu untuk mendapatkan gambaran yang lebih umum dari distribusi data diperlukan suatu cara untuk menghaluskan poligon frekuensi dengan membuat kurva halus yang paling mendekati dengan titik-titik poligon. Ada dua cara yang bisa dilakukan yaitu dengan metode tangan bebas yaitu dengan menarik garis halus sedekat-dekatnya dengan titik-titik poligon dan yang kedua dengan pendekatan model matematis. Penghalusan dengan model matematis dapat dilakukan dengan perangkat lunak komputer yang tersedia di pasaran. Hasil penghalusan dengan pendekatan matematis dapat dilihat dalam Gambar 7 dimana poligonnya diambil dari Gambar 5.
Gambar 7. Kurva frekuensi upah buruh yang dihaluskan

Meskipun ketidakteraturan data dalam distribusi frekuensi seringkali dianggap sebagai suatu kebetulan, namun anggapan ini tidak selamanya benar. Olehkarena itu menghilangkan ketidakteraturan dalam data harus dihindarkan. Salah satu cara yang bisa diandalkan untuk menghilangkan ketidakteraturan data adalah dengan mengumpulkan lebih banyak jumlah sampel.

·         Bentuk Distribusi Frekuensi atau Model Populasi
Kurva halus yang diperoleh dari poligon frekuensi atau disebut pula kurva frekuensi umumnya digunakan untuk melihat bagaimana bentuk distribusi frekuensi atau model dari populasi yang diselidiki. Ada berbagai bentuk kurva halus yang dapat dijumpai di dunia nyata. Beberapa diantaranya adalah :
Kurva simetris
Sebuah distribusi dikatakan simetris jika kurva frekuensinya bisa dilipat sepanjang garis vertikal sehingga setengah bagian dari kurva bisa menutup setengah bagian lainnya.
                                          
 

                                                          

Dalam kurva A, B, C, D, dan E adalah kurva simetris. Kurva A, B, dan C sendiri adalah bentuk umum dari apa yang disebut distribusi normal. Ketiganya hanya berbeda pada ketinggian atau kemerataan dari puncak kurva.  Kurva normal seperti yang ditunjukkan oleh kurva A merupakan kurva unik yang hanya bisa diplot secara tepat berdasarkan pendekatan matematis.
Distribusi normal ini memegang peranan penting dalam analisis statistika lanjutan, karena banyak analisis yang mengharuskan data yang dikumpulkan harus mengikuti distribusi ini.

Kurva Non-Simetris
Pada prakteknya tidak semua data di dunia ini yang mengikuti distribusi normal. Ada juga data yang sedikit menyimpang dari distribusi normal seperti yang ditunjukkan oleh kurva F dan G. Sebuah distribusi dikatakan miring ke kiri atau negatif jika puncak kurva berada di sebelah kanan atau landainya agak memanjang ke arah kiri (kurva F) dan miring ke kanan atau positif jika puncaknya berada disebelah kiri atau landainya agak memanjang ke arah kanan (kurva G). Dalam prakteknya banyak fenomena ekonomi atau biologi yang memperlihatkan bentuk distribusi seperti ini.

                    

Bentuk lain yang cukup sering dijumpai adalah apa yang disebut kurva J atau kurva J-terbalik.
      


Kurva J misalnya memperlihatkan fenomena tingkat pendapat di negara-negara kaya dimana kurva menunjukkan peningkatan pada jumlah penghasilan yang tinggi, sedangkan kurva J terbalik adalah fenomena pendapatan masyarakat dinegara miskin.


Contoh Pembahasan Soal
Berikut ini adalah data (belum dikelompokkan) Ujian Akhir Smester Bahasa Indonesia SD Pengadilan 01 kelas 4A :
78
72
74
79
74
71
75
74
72
68
72
73
72
74
75
74
73
74
65
72
66
75
80
69
82
73
74
72
79
71
70
75
71
70
70
70
75
76
77
67
Pertanyaan :
Buatlah Distribusi Frekuensi untuk data diatas dan distribusi relatifnya !

Penyelesaian :
1. Urutkan data :
65
66
67
68
69
70
70
70
70
71
71
71
72
72
72
72
72
72
73
73
73
74
74
74
74
74
74
74
75
75
75
75
75
76
77
78
79
79
80
82
2. Menentukan Range (Jangkauan)
 R = Xmax - Xmin
     = 82 – 65 =17
3. Menentukan Banyak Kelas
            K = 1 + 3,3 log N
                = 1 + 3,3 log(40)
                = 1+ 5,3 = 6,3 =═ 6
4. Menentukan Interval kelas
                  I= R/K
                    = 17/6 = 3
5.Batas kelas pertama adalah 65 (data terkecil)
6. Tabel Distribusi frekuensinya :
Diameter
Turus
Frekuensi
65 – 67
III
3
68 – 70
IIIII I
6
71 – 73
IIIII IIIII II
12
74 – 76
IIIII IIIII III
13
77 – 79
IIII
4
80 – 82
II
2
Jumlah

40
           
  7.Maka di dapat table frekuensi relatif seperti dibawah ini :
Nilai
Fi
Frekuensi Relatif
  fi    X  100
∑fi
Persen
65-67
3
3/40
7.5
68-70
6
6/40
15
71-73
12
12/40
30
74-76
13
13/40
32.5
77-79
4
4/40
10
80-82
2
2/40
5
jumlah
40
40/40
100



Daftar pustaka
Nar Herrhyanto dan H.M. Akib Hamid. 1993/1994. Statistika Dasar. Jakarta:
Dikdasmen
Winarno dan Ganung Anggraeni. 2001. Pengantar Statistika. Yogyakarta: PPPG
Matematika
Glaudes, Nyo. (2013, 19 Februari). Distribusi Frekuensi. Diakses pada tanggal 20 September 2013 dari http://nyoglaudes.blogspot.com/2013/02/distribusi-frekuensi.html
Bambang. Modul 4 : Distribusi Frekuensi. Diakses pada tanggal 20 September 2013 dari  http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=105758


No comments:

Post a Comment