Ukuran gejala pusat dan ukuran letak masih merupakan
bagian dari statistik deskriptif. Ada beberapa macam ukuran gejala pusat ,
yaitu rata-rata hitung, rata- rata ukur, rata-rata harmonik, median dan modus. Sedangkan
ukuran letak meliputi kuartil, desil dan persentil. Bila ukuran tersebut
diambil dari sampel disebut statistik dan jika ukuran diambil dari populasi
disebut parameter.
UKURAN
GEJALA PUSAT
Ukuran gejala pusat adalah suatu ukuran yang
digunakan untuk mengetahui kumpulan data mengenai sampel atau populasi yang disajikan
dalam tabel atau diagram, yang dapat mewakili sampel atau populasi. Ada
beberapa macam ukuran tendensi sentral, yaitu rata-rata (mean), median, modus,
kuartil, desil dan persentil. Gejala pusat sebagai nilai rata-rata yang
mempunyai kecenderungan memusat, sehingga sering disebut ukuran kecenderungan
memusat (measures of central tendency). Beberapa jenis rata-rata yang sering
digunakan adalah rata-rata hitung (arithmetic mean atau sering disingkat mean
saja), lalu rata-rata ukur (geometric mean), kemudian rata-rata harmonis (harmonic
mean). Dan umumnya terdapat istilah mean ,median, dan modus.
Gejala pusat pada hakekatnya menganggap rata-rata
(average) dapat merupakan nilai yang cukup representatif bagi penggambaran
nilai-nilai yang terdapat dalam data yang bersangkutan. Rata-rata sedemikian
itu dapat dianggap sebagai nilai sentral dan dapat digunakan sebagai pengukuran
lokasi sebuah distribusi frekuensi. Statistik mengenal bermacam-macam rata-rata
dengan nama-nama yang khas, yaitu rata-rata hitung (mean), median, modus,
rata-rata ukur dan rata-rata harmonis itu semua merupakan jenis rata-rata yang
lazim digunakan sebagai pengukuran lokasi atau pengukuran tendensi sentral
(central tendency) dari sebuah distribusi.
A.
Rata-rata Hitung (Mean)
Statistik
yang paling banyak digunakan ukuran gejala pusat adalah Rata-rata hitung (Mean).
Rata-rata hitung didefinisikan sebagai jumlah semua skor untuk variabel dan
kemudian dibagi dengan jumlah pengamatan. Oleh karena itu, rumus untuk
rata-rata hitung adalah sebagai berikut:
Sebagai contoh,
mengambil data yang disajikan dalam Tabel :
Jumlah pengamatan (ΣX)
adalah 1 + 5 + 7 + 2 + 10 + 4 + 6 + 5 + 4 + 6 = 50. Lalu, kita membagi nilai
ini dengan n, yang pada contoh ini adalah 10 karena kita memiliki 10
pengamatan. Jadi, 50/10 = 5. Rata-rata hitung untuk set pengamatan ini adalah
5. Software statistik SPSS menyediakan beberapa cara untuk menghitung rata-rata
untuk sebuah variabel. Perintah Mean dapat ditemukan di bawah Descriptives,
kemudian Frequencies, Explore, dan akhirnya Mean. Selain itu,
rata-rata dapat menjadi tambahkan output untuk perhitungan lainnya,seperti
regresi ganda. Output untuk mean Descriptives disajikan pada Gambar :
Seperti yang terlihat
pada output, variabel “titik data” memiliki total 10 observasi (dilihat di
bawah kolom N), nilai terendah dalam kumpulan data adalah 1, nilai
tertinggi adalah 10, rata-rata adalah 5, dan standar deviasi 2,539.
Ada dua masalah utama
yang perlu Anda ketahui ketika menggunakan rata-rata hitung.
- Rata-rata hitung dapat dipengaruhi oleh outliers, atau data nilai-nilai yang berada di luar jangkauan mayoritas titik data. Outliers dapat menarik mean menuju daerah outliers, sehingga menghasilkan nilai Mean yang bias. Sebagai contoh, jika data yang ditetapkan dalam Gambar 1 termasuk data titik (yang akan pengamatan 11) dari 40, mean akan menjadi 8.2. Jadi, ketika kumpulan data sangat miring, itu dapat lebih signifikan untuk menggunakan ukuran gejala pusat yang lain (misalnya, median atau modus).
- Rata-rata hitung sulit untuk ditafsirkan ketika variabel yang dihitung adalah variabel nominal dengan dua tingkatan (misalnya, jenis kelamin) dan tidak signifikan ketika ada lebih dari dua tingkat atau kelompok untuk suatu variabel (misalnya, etnis). Mean akan konsisten saat pengukuran dengan pengulangan (repeated measures) pada variabel yang sama, rata-rata hitung cenderung untuk tidak berubah secara radikal (selama tidak ada ekstrim outliers dalam kumpulan data).
B. Modus
Modus
paling banyak digunakan pada penelitian kualitatif. Dalam penelitian
kualitatif, hal yang paling banyak menyebabkan suatu keadaan sering di anggap
penyebab keadaan tersebut. Misalnya kebanyakan kecelakaan lalulintas disebabkan
oleh pengemudi yang mabuk. Pengemudi yang mabuk dalam hal ini adalah “modus”.
Dalam data berbentuk kuantitatif, modus sangat mudah untuk dideteksi. Dengan
melihat data kita tinggal menentukan angka berapa yang paling sering muncul.
Angka yang sering muncul itulah yang kita sebut dengan modus.
Pada data nilai siswa pada mata
pelajaran sejarah kebudayaan Islam di atas terlihat bahwa angka yang paling
sering muncul adalah 67 yang muncul sebanyak tiga kali dan tidak ada yang
muncul sebanyak itu dari data yang lain. Akan tetapi pada data yang telah
tersusun dalam tabel frekuensi, modus dapat di cari dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
b=
batas bawah kelas modus yaitu kelas yang memiliki frekuensi terbanyak
p=
panjang kelas modus
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi
frekuensi kelas interval dengan tanda kelas yang lebih kecil sebelum tanda
kelas modus.
b2 = frekuensi kelas modal dikurangi
frekuensi kelas interval dengan tanda kelas yang lebih besar sesudah tanda
kelas modus.
Misalnya
dari tabel frekuensi di atas kita dapat menghitung modusnya. Dengan
memperhatikan tabel kita akan menemukan
b =
70,5
p =
10
b1
= 7 – 5 = 2
b2
= 7 – 3 = 4
Dengan memasukkan
data tersebut ke dalam rumus akan kita dapatkan
Kembali
kita menemukan bahwa menghitung modus pada data berkelompok berbeda dengan
menghitung modus pada data tunggal. Aspek ramalan yang kita gunakan pada
penentuan modus dengan menggunakan data berkelompok turut menentukan hasil
modus yang kita temukan. Ternyata menentukan modus dengan tidak mengelompokkan
data lebih tepat daripada kita mengelompokkan data terlebih dahulu.
C.
Median
Median
adalah datum yang membagi data menjadi dua kelompok, 50 persen data kurang
dari nilai median dan 50 persen data lebih besar dari median. Pada data tunggal,
pencarian nilai median dilakukan dengan cara mengurutkan data dari nilai
terkecil ke nilai terbesar. Kemudian nilai tengah data yang telah diurutkan itu
merupakan nilai median.
Bagaimana menentukan
nilai median dari data berkelompok? Bagaimana penurunan formula nilai median
untuk data berkelompok hingga menjadi rumus sebagai berikut:
di mana:
Lo = tepi bawah dari kelas limit yang mengandung median,
Me = nilai
median,
n = banyaknya data,
Fk = frekuensi
kumulatif sebelum kelas yang memuat median,
f0 = frekuensi kelas
yang memuat median,
c = panjang intreval
kelas.
Perhatikan Tabel
berikut:
Bentuk histogram dari
Tabel Di atas adalah:
Oleh karena banyaknya
data 64, maka nilai median jatuh pada data ke-32. Garis merah horizontal
menunjukkan posisi data ke-32 sementara garis hijau muda vertikal menunjukkan
median data berkelompok dari data di atas. Jumlah kumulatif hingga kelas limit
ketiga adalah 22. Berarti, posisi median berada pada data ke-10 (32 – 22)
pada kelas limit keempat. Bilangan ini diperoleh dari (n/2 – Fk).
Median data
berkelompok dihitung berdasarkan interpolasi dari posisi data pada kelas limit
yang mengandung median. Secara matematis, persamaannya dapat ditulis
sebagai berikut: 
Sehingga dengan
manipulasi matematik akan diperoleh persamaan:
Di mana: Lu – Lo
menyatakan panjang interval kelas c dan Fk* – Fk menunjukkan frekuensi
kelas limit median f0. Dengan demikian, median data berkelompok yang dihasilkan
sama dengan:
Demikian asal muasal
median untuk data berkelompok.
Sumber :
Syaiful,
Anam. (2012, 13 Oktober). Mean, Modus,
Median. Diakses pada tanggal 22 September 2013 dari http://anamsyaifulnews.blogspot.com/2012/10/mean-modus-median.html
Saleh,
Ansari. Ukuran Gejala Pusat dan Sebaran.
Diakse pada tanggal 21 September 2013 dari http://ansarisaleh.web.id/userfiles/statistika3.pdf
Sudjana.
2000. Statistika. Bandung : Tarsito.
statistika oh statistika :D
ReplyDelete